Berita Hawzah - Selama bulan suci Ramadhan, ikutilah serial kajian dari "Ayat-Ayat Pedoman Hidup", yang merupakan kumpulan ayat Al-Qur'an al-Karim beserta tafsir singkat dan aplikatif yang menjadi pedoman hidup dan kunci kebahagiaan. Mari kita sinari hari-hari di bulan Ramadhan dengan Kalam Ilahi.
Hujjatul Islam wal Muslimin Jawad Muhadditsi:
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang; dalam ayat 148 Surah Al-Baqarah, Allah Swt berfirman:
{فَاسْتَبِقُوا الْخَیْرَاتِ}
“ Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan.”
Kata “فَاسْتَبِقُوا” berasal dari akar kata musabaqah yang bermakna berlomba dan menjadi yang terdepan. Artinya, dalam melakukan perbuatan-perbuatan baik, hendaklah kita saling mendahului, segera bertindak, dan tidak menunda-nunda.
Poin kunci dalam ayat ini adalah bahwa pertama-tama kita harus mengenal apa itu ‘kebaikan’; yakni memahami perbuatan, pemikiran, dan program apa yang benar-benar merupakan kebaikan dan mengandung ridha Allah Swt.
Setelah mencapai pemahaman tersebut, tidak pantas bagi kita untuk bersikap lalai, menunda-nunda dalam melakukannya, atau menangguhkan pengerjaannya ke hari esok.
Ayat ini mengajak kita untuk mengikuti kebenaran dan menerima agama ilahi. Dalam Islam, menjadi pelopor dalam keimanan kepada Allah dan dalam menerima agama-Nya merupakan salah satu nilai yang sangat luhur dan mulia.
Salah satu tolok ukur yang menjadikan seseorang berbeda satu sama lainnya adalah "menjadi orang pertama dalam beriman dan beramal baik."
Orang-orang yang lebih dahulu beriman kepada Rasulullah Saw di Makkah sebelum peristiwa hijrah, yang kemudian dikenal sebagai kaum Muhajirin, memiliki kedudukan dan keutamaan yang tinggi. Orang pertama yang mendahului dalam menerima dakwah Rasulullah Saw adalah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam; beliau adalah laki-laki pertama yang memeluk Islam, dan karena itu beliau memperoleh kedudukan yang sangat mulia.
Kita pun harus berusaha untuk menjadi yang terdepan dalam kebaikan.
Di tengah masyarakat, kita mengenal orang-orang yang berinisiatif membangun sekolah, mendirikan pusat layanan kesehatan, membantu kaum fakir dan miskin, atau membebaskan para tahanan yang terjerat utang.
Mereka inilah contoh nyata dari firman Allah Swt “فَاسْتَبِقُوا الْخَیْرَاتِ” (berlomba-lombalah dalam kebaikan), dan mereka memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT. Namun perlu diingat bahwa amal kebaikan tidak terbatas hanya pada pembangunan fisik dan kegiatan sosial semata.
Setiap amal kebaikan dan sunnah hasanah yang kita bangun di tengah masyarakat—yang dengannya kita mengajak orang lain kepada kebaikan, serta menciptakan suatu amal yang terus berlanjut setelah kita tiada—merupakan salah satu wujud nyata dari ayat ini. Pahala dari perbuatan semacam ini tidak terbatas hanya pada pelakunya, melainkan setiap orang yang di masa mendatang meneladaninya dan mengamalkannya, maka kita pun ikut memperoleh bagian dari pahalanya.
Semoga Allah menganugerahkan kepada kita taufik untuk menyingkirkan sikap malas dan menunda-nunda dalam perbuatan baik, serta menjadikan kita termasuk orang-orang yang pertama bersegera menuju setiap kebaikan, sehingga kita dapat meninggalkan warisan berupa tradisi dan amal kebaikan yang abadi.
Your Comment